BeritaBintang – Saat Ditangkap, Petinggi FIFA Disembunyikan Seprai Putih
Penangkapan para pejabat tinggi FIFA di Zurich, Swiss, dilakukan dengan damai. Mereka ditangkap bukan dengan borgol di tangan, namun diperkenankan mengemas barang-barang mereka terlebih dahulu pada koper yang berlogo otoritas sepak bola dunia tersebut.
Pada Rabu (27/5) pagi waktu setempat, kepolisian Swiss melakukan penangkapan kepada lebih dari enam pejabat tinggi FIFA di hotel bintang lima Baur au Lac di negara Swiss tersebut. Mereka ditangkap atas tuduhan korupsi, pencucian uang, dan juga keterkaitan dengan organisasi kejahatan yang telah terentang lebih dari 20 tahun terakhir.
Penangkapan sendiri berlangsung tanpa gaduh karena adanya perjanjian antara Amerika Serikat dan Swiss, yaitu Swiss setuju untuk menyerahkan pihak-pihak yang menghadapi tuntutan di Amerika Serikat atas tuduhan kriminal — namun tidak untuk urusan pajak.
Bahkan, menurut foto-foto The New York Times, para pejabat tinggi FIFA tersebut disembunyikan menggunakan seprai putih ketika digiring keluar agar muka mereka tidak difoto oleh para wartawan.
The New York Times sendiri mengatakan bahwa para petinggi FIFA tersebut akan diekstradisi di Amerika Serikat.
Termasuk di antara para petinggi FIFA yang ditangkap adalah Wakil Presiden FIFA, Jeffrey Webb dari Cayman Islands dan Eugenio Figueredo dari Uruguay, dan juga Jack Warner dari Trinidad dan Tobago, seorang anggota Komite Eksekutif FIFA yang pernah dituduh melakukan berbagai tindakan tidak terpuji.
FIFA adalah otoritas sepak bola dunia yang mengatur pertandingan internasional dan juga Piala Dunia. Di bawah kepemimpinan Sepp Blatter, FIFA mengumpulkan pemasukan lebih dari US$ 5,7 miliar dengan Piala Dunia menjadi ajang paling banyak ditonton di televisi sepanjang sejarah.
Selama kepemimpinan Blatter juga FIFA sering kali diselidiki karena masalah penipuan dan kasus suap. Namun, Blatter diprediksi akan terpilih sebagai presiden untuk yang kelima kalinya.
Tuduhan suap dan korupsi dalam proses pemilihan Rusia dan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 menjadi kasus paling besar selama sejarah organisasi tersebut. Beberapa petinggi FIFA pun meninggalkan organisasi tersebut setelah mereka terbukti melakukan tindakan tidak terpuji, termasuk di antaranya Mohamed bin Hammam, seorang pengusaha Qatar yang memimpin Confederasi Sepak Bola Asia.
FIFA sempat meminta pengacara asal Amerika Serikat, Micahel Garcia, melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.
Namun, setelah Garcia memberikan laporan, FIFA menolak mempublikasikannya dan hanya memberikan intisari laporan setebal 42 halaman. Setelahnya, Garcia pun mengundurkan diri dari Komite Etik FIFA sebagai bentuk protes.