BeritaBintang – Pasca-teror Paris, Presiden Amerika Serikat Barrack Obama semakin gencar membombardir markas besar kelompok militan ISIS. Meski begitu, sebuah survei yang dimuat CBS News baru-baru ini menunjukkan serangan yang diluncurkan Obama dinilai lebih halus dibandingkan saat AS membunuh pemimpin jaringan teroris Al Qaeda, Osama bin Laden, pada 2011.
Berbeda dengan gaya serangan Rusia yang langsung dan tanpa aba-aba, Presiden Obama memang cenderung bersikap hati-hati memerangi ISIS. Terlihat dalam strategi serangannya, tentara AS selalu menebar selebaran berisi pengumuman akan dibom dari pesawatnya sebelum menjatuhkan serangan.
Pemerintah AS berharap selebaran itu dibaca para sopir tangki minyak ISIS agar mereka bersiap kabur dan tidak turut menjadi korban dalam penggempuran tersebut. Segera setelah selebaran dijatuhkan, tentara AS yang menyamar juga diturunkan untuk berpura-pura berlari seolah bom itu sudah dijatuhkan untuk menakut-nakuti sopir tangki lainnya.
Diberitakan CBS News, Selasa (24/11/2015), pasukan AS sebelumnya bahkan pernah diminta menghentikan serangan secara mendadak ketika terdeteksi keberadaan warga sipil di lokasi penjatuhan bom. Minimal jika terlihat di monitor ada lima orang saja warga sipil di lokasi, serangan udara pasti ditunda. AS akan menunggu sampai warga sipil itu pergi atau dievakuasi.
Prancis sendiri telah memulai serangan melawan ISIS dari sebuah kapal induk di Mediterania Timur. Sementara Rusia sudah menembaki ISIS yang bermarkas di Suriah sebanyak 42 kali.
Semua serangan itu menargetkan tangki-tangki minyak yang hendak diselundupkan ISIS dan dijual ke pasar-pasar ilegal. Selama sepekan terakhir, AS sudah mengebom sebanyak dua kali dan menghancurkan sekira 500 truk tangki minyak kelompok militan tersebut.
Dalam polling yang diterbitkan CBS News pada Senin pagi, hanya 36 persen warga negara Amerika Serikat yang meyakini presiden mereka sudah mengerahkan upaya terbaik dalam memerangi terorisme. Persentase tersebut dinilai 72 persen lebih rendah dibandingkan pengerahan pasukan AS saat memburu Osama bin Laden pada 2011.
Selain itu, hanya 23 persen warga AS yang percaya bahwa presiden mereka tahu benar strategi yang harus diluncurkan dalam menangani ISIS. Termasuk, menjalankan strateginya dalam menjatuhkan serangan udara ke Irak dan Suriah, terutama dalam membidik target terbesar mereka, tangki-tangki minyak milik ISIS.