Presiden Obama

Presiden Obama Undang Donald Trump ke Gedung Putih

BeritaBintang – Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah secara resmi mengundang Donald Trump ke Gedung Putih setelah dinyatakan memenangkan pemilihan presiden kali ini Linkalternatif.info.

Pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Gedung Putih itu menyebut bahwa Obama ingin bertemu dengan Trump untuk membahas pemindahan kekuasaan yang selama delapan tahun telah dipegangnya.

“Memastikan transisi kekuasaan agar berjalan dengan baik sudah menjadi prioritas Presiden Obama pada awal tahun lalu, dan pertemuan dengan presiden terpilih adalah langkah selanjutnya,” ujar juru bicara Gedung Putih, seperti dilansir Agen Bola Online, Kamis (10/11).

Tidak hanya mengundang Trump, presiden AS dari partai Demokrat itu juga memanggil kandidat dari partainya, Hillary Clinton ke Gedung Putih. Obama dijadwalkan bakal memberikan pernyataan pada hari Rabu, waktu setempat.

Warga AS Parno soal Teroris, Obama Salahkan Media

BeritaBintang –  Sejak trauma dan perasaan ‘parno’ (paranoid) terhadap teroris sempat memudar pasca-beberapa tahun selepas peristiwa “9/11”, warga Amerika Serikat (AS) belakangan kembali diterpa kecemasan berlebih soal teroris, terutama ancaman dari kelompok radikal ISIS.

Ya, semenjak peristiwa teror-Paris November silam yang menewaskan sekitar 130 orang, warga AS seolah membangkitkan kembali “Islamophobia”, di mana ada anggapan awam bahwa seorang muslim otomatis seorang teroris.

Padahal Presiden AS, Barack Obama, sudah berulang kali menyampaikan kepada masyarakat di Negeri Paman Sam, untuk tidak parno terhadap teroris.

Namun kecemasan warga AS masih mencuat. Perihal ini, Presiden Obama justru menunjuk pemberitaan media sebagai kambing hitamnya.

“Jika Anda menonton televisi selama sebulan terakhir, semua yang Anda lihat dan dengar adalah tentang orang-orang berbendera hitam dan bermasker yang berpotensi mengancam Anda,” ujar Obama, seperti dikutip Bioskop168 , Selasa (22/12/2015).

“Saya paham kenapa masyarakat cemas soal itu. Lihat saja, media-media sedang mengejar rating. Pemberitaan seperti ini memang sah-sah saja. Saya berpikir, tentu terserah media untuk menetapkan bagaimana cara mereka memberitakan banyak hal,” tandasnya singkat.

Serang ISIS, Obama Tak Ingin Lukai Warga Sipil Suriah

BeritaBintang –   Pasca-teror Paris, Presiden Amerika Serikat Barrack Obama semakin gencar membombardir markas besar kelompok militan ISIS. Meski begitu, sebuah survei yang dimuat CBS News baru-baru ini menunjukkan serangan yang diluncurkan Obama dinilai lebih halus dibandingkan saat AS membunuh pemimpin jaringan teroris Al Qaeda, Osama bin Laden, pada 2011.

Berbeda dengan gaya serangan Rusia yang langsung dan tanpa aba-aba, Presiden Obama memang cenderung bersikap hati-hati memerangi ISIS. Terlihat dalam strategi serangannya, tentara AS selalu menebar selebaran berisi pengumuman akan dibom dari pesawatnya sebelum menjatuhkan serangan.

Pemerintah AS berharap selebaran itu dibaca para sopir tangki minyak ISIS agar mereka bersiap kabur dan tidak turut menjadi korban dalam penggempuran tersebut. Segera setelah selebaran dijatuhkan, tentara AS yang menyamar juga diturunkan untuk berpura-pura berlari seolah bom itu sudah dijatuhkan untuk menakut-nakuti sopir tangki lainnya.

Diberitakan CBS News, Selasa (24/11/2015), pasukan AS sebelumnya bahkan pernah diminta menghentikan serangan secara mendadak ketika terdeteksi keberadaan warga sipil di lokasi penjatuhan bom. Minimal jika terlihat di monitor ada lima orang saja warga sipil di lokasi, serangan udara pasti ditunda. AS akan menunggu sampai warga sipil itu pergi atau dievakuasi.

Prancis sendiri telah memulai serangan melawan ISIS dari sebuah kapal induk di Mediterania Timur. Sementara Rusia sudah menembaki ISIS yang bermarkas di Suriah sebanyak 42 kali.

Semua serangan itu menargetkan tangki-tangki minyak yang hendak diselundupkan ISIS dan dijual ke pasar-pasar ilegal. Selama sepekan terakhir, AS sudah mengebom sebanyak dua kali dan menghancurkan sekira 500 truk tangki minyak kelompok militan tersebut.

Dalam polling yang diterbitkan CBS News pada Senin pagi, hanya 36 persen warga negara Amerika Serikat yang meyakini presiden mereka sudah mengerahkan upaya terbaik dalam memerangi terorisme. Persentase tersebut dinilai 72 persen lebih rendah dibandingkan pengerahan pasukan AS saat memburu Osama bin Laden pada 2011.

Selain itu, hanya 23 persen warga AS yang percaya bahwa presiden mereka tahu benar strategi yang harus diluncurkan dalam menangani ISIS. Termasuk, menjalankan strateginya dalam menjatuhkan serangan udara ke Irak dan Suriah, terutama dalam membidik target terbesar mereka, tangki-tangki minyak milik ISIS.

Obama Ajak Jokowi Menyusuri Lorong Rose Garden yang Bersejarah

BeritaBintang – Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengajak tamunya Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjalan di lorong sepanjang rose garden atau kebun mawar sampai masuk ke residence, tempat kediaman Presiden Obama.

Hal itu terjadi setelah kedua pimpinan negara itu menyampaikan pernyataan bersama di ruang Oval, Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Senin (26/10/2015) sekitar pukul 14.35 waktu setempat atau Selasa (27/10/2015) pukul 01.35 WIB.

“Setelah pertemuan kami yang bermanfaat, Presiden Obama mengajak menyusuri rose garden yang bersejarah,” ujar Jokowi dalam akun Twitter-nya, beberapa saat lalu.

Dalam pernyataan pers bersama, Presiden Jokowi mengucapkan terima kasih kepada Presiden Obama yang telah menerima dirinya dan delegasi Indonesia dengan sangat baik, terutama saat berkunjung ke gedung putih.

Jokowi menegaskan, Indonesia menyambut baik strategic partnership kedua negara, yang menunjukkan sebuah simbol peningkatan kerja sama Indonesia dan Amerika Serikat.

Lebih lanjut Presiden Jokowi mengatakan Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan merupakan negara demokratis ketiga di dunia.

Kata dia, Islam Indonesia adalah Islam yang moderat, Islam Indonesia adalah Islam yang modern, Islam Indonesia adalah Islam yang toleran.

“Kami yakin Islam di Indonesia mampu berperan penting dalam menjaga demokrasi dan juga pluralisme dan menentang radikalisme dan terorisme,” kata Jokowi.

Jokowi mengatakan sebagai negara berpenduduk 250 juta, ekonomi Indonesia adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Dan Indonesia, imbuhnya bermaksud untuk bergabung dengan Trans Pasific Partnertship (TPT).

Selaini itu Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia adalah salah satu negara terbesar dalam ekonomi digital.

“Saya tadi mengajak Amerika untuk bekerjasama dengan Indonesia dalam hal ekonomi digital ini,” kata Presiden Jokowi.

Turut mendampingi Presiden, diantaranya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang PMK Puan Maharani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Menteri ESDM Sudirman Said, dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.

Obama Tidak Akan Menyambut Presiden Jokowi

BeritaBintang – Presiden Joko Widodo dan rombongan dijadwalkan tiba di Amerika Serikat pada Minggu, 25 Oktober 2015 pagi waktu setempat atau Minggu malam WIB.

Pesawat kepresidenan jenis Boeing Business Jet 2 (BBJ2), varian dari Boeing 737-800, yang membawa rombongan dijadwalkan mendarat di landasan udara Joint Base Andrews, fasilitas militer Amerika Serikat yang terletak di negara bagian Maryland, tak jauh dari ibu kota Washington DC.

Sejak tahun 1959, landasan udara yang merupakan kediaman pesawat kepresidenan AS “Air Force One” ini memang ditetapkan sebagai titik keluar masuk tamu negara.

Presiden akan disambut oleh Duta Besar RI untuk AS, Budi Bowoleksono dan perwakilan pemerintah Amerika namun bukan oleh Presiden Obama sendiri. Mengapa demikian?

Memang sesuai protokol, sejak tahun 1960-an biasanya Presiden AS tidak menyambut tamu negara termasuk kepala pemerintahan ke landasan udara Andrews, sebagaimana yang dilakukan oleh Presiden John F Kennedy ketika menjemput Presiden Soekarno April 1961 dan September 1961.

Hanya ada beberapa pengecualian dalam penyambutan tamu negara di Andrews, yaitu ketika Presiden Obama dan keluarganya menyambut Paus Fransiskus bulan September lalu, melanjutkan tradisi yang dimulai Presiden George W Bush ketika menyambut Paus Benediktus tahun 2008.

Atau bilamana presiden dan tamu negara akan segera terbang ke lokasi lain, sebagaimana yang dilakukan Presiden Obama saat menjemput Presiden Perancis Francois Hollande ke Andrews tahun 2014 kemudian mengajaknya terbang ke Charlotesville mengunjungi Monticello, kediaman Thomas Jefferson, presiden ketiga Amerika Serikat.

Dari Andrews, Presiden Jokowi menuju Blair House, wisma khusus untuk tamu negara yang terletak tak jauh dari Gedung Putih. Staff Blair House sudah siap menyambut Presiden Jokowi termasuk dengan pengibaran bendera merah putih di depan gedung. Presiden Jokowi baru akan bertemu Presiden Obama dalam pertemuan di Gedung Putih yang dijadwalkan hari Senin, 26 Oktober.

Amerika Legalkan Kawin Sejenis, Presiden Zimbabwe Ajak Obama Menikah

BeritaBintang

Presiden Zimbabwe Robert Mugabe mengejek ketetapan Amerika yg melegalkan pernikahan gay bersama bersumpah buat melaksanakan perjalanan ke Gedung Putih & menggandeng Barack Obama buat menikah dengannya.

Sewaktu wawancara mingguan bersama stasiun radio nasional, presiden Zimbabwe bercanda bahwa dia berencana buat jalankan perjalanan ke Washington DC ‘berlutut di depan Obama & meminta tangannya menerima lamarannya’ (sama seperti etika ajakan nikah ala Barat).

Mugabe, yg dikenal selagi ini amat keras melawan homoseksualitas, menyikapi secara nyentrik atas ketetapan Mahkamah Besar Amerika yg menjamin kaum gay & lesbian hak yg sama buat menikah yang merupakan heteroseksual.

Berita Online

Berbicara pada hari Sabtu (27/6), Mugabe mengatakan: “I’ve just concluded – since President Obama endorses the same-sex marriage, advocates homosexual people and enjoys an attractive countenance – thus if it becomes necessary, I shall travel to Washington, DC, get down on my knee and ask his hand.”

(“Saya baru saja menyimpulkan – sejak Presiden Obama mendukung pernikahan sesama jenis, pendukung orang homoseksual dan menikmati wajah yang menarik – sehingga jika menjadi perlu, saya akan melakukan perjalanan ke Washington, DC, turun pada lutut saya dan meminta tangannya (melamar)”.

Dengan nada yang lebih serius, ia menambahkan: “Saya tidak mengerti bagaimana orang ini berani menentang perintah eksplisit Kristus yang melarang manusia dari perbuatan sodomi”.

Mugebe menuduh pemerintah AS dijalankan oleh ‘penyembah Setan yang sesat yang menghina bangsa besar Amerika’. Apakah Obama akan menerima lamaran Mugabe?