BeritaBintang β Tragedi kemanusiaan selalu tampil layaknya dua sisi mata uang. Dibalik segala duka lara, muncul jiwa-jiwa tanpa pamrih. Seseorang yang mulanya asing dan bukan siapa-siapa, dalam sekejap menjadi seseorang yang berperan penting dalam kehidupan seseorang bahkan orang banyak.
Adalah Christian Delhasse, pria yang sehari-hari bekerja sebagai masinis kereta api bawah tanah Maelbeek. Mendengar ada sesuatu yang tidak beres di gerbongnya, ia tidak lantas kabur.
Pria yang sudah mengabdi sebagai masinis selama 30 tahun itu segera mengerem, menengok ke belakang, menyisir dari satu gerbong ke gerbong lain. Membawa keluar mereka yang terluka ke lorong yang aman dan menenangkan penumpangnya yang berteriak ketakutan, usai seseorang meledakkan diri dan menewaskan sekira 20 orang dalam satu gerbong yang sama.
Meskipun ia sendiri mengaku terkejut dan jantungnya berdegup keras, melihat darah dan tubuh tergolek tak utuh bergelimang di mana-mana. Delhasse tetap menolong para penumpang di keretanya. Sebab menurutnya itu merupakan tugasnya, tanggung jawab dan kewajibannya.
Dalam hitungan jam ketika teror mereda, pria paruh baya itu kembali bekerja seperti biasa. Kisah ketulusannya kemudian merebak dari mulut ke mulut. Orang-orang menyebutnya pahlawan. Akan tetapi, ia bersikeras menolak menyandang gelar terhormat itu.
βItu bukan apa-apa. Masinis lain pun akan melakukan hal yang sama jika berada di posisi saya. Julukan pahlawan lebih layak disematkan kepada para petugas pemadam kebakaran kita, penegak hukum kita dan para tentara,β ujarnya melalui Facebook, disitat dari Mirror, Jumat (25/3/2016).
Sehari setelah tragedi bom Brussels, ia dikabarkan sudah kembali berdiri di balik tuas-tuas kemudinya. Demikian juga sistem transportasi umum Belgia secara bertahap kembali beroperasi. Keadaan pun mulai bergerak normal.