BeritaBintang – Seorang bayi perempuan asal Indonesia berusia 12 hari, tiba di Singapura awal pekan ini untuk menjalankan operasi pengangkatan tumor yang ukurannya menyaingi tubuhnya sendiri.
Sayangnya, operasi bayi perempuan bernama Jesslyn yang dijadwalkan hari ini, terpaksa ditunda karena kondisinya tengah dalam tahap kritis.
“Bayi itu sakit kritis dengan organ ganda yang gagal berfungsi ketika ia tiba di rumah sakit. Kami di sini tentunya melakukan semua yang kami bisa untuk memberikan perawatan terbaik dan pengobatan bagi pasien,” kata Ng Kee Chong, Ketua Divisi Kedokteran di Rumah Sakit KK untuk Ibu dan Anak (KKH), Singapura. Demikian yang dikutip dari Bioskop168 , Sabtu (5/12/2015).
Jeslyn menderita penyakit langka yang disebut Teratoma sacrococcygeal (SCT) atau tumor teratoma yang biasa terbentuk pada bayi sejak dalam kandungan. Kasus ini berpotensi terjadi pada satu dari 35 ribu sampai 40 ribu kelahiran.
Saat baru lahir, putri pertama pasangan Lim ini memiliki berat 7,3 kilogram. Terbilang berat akibat tumor yang melekat di dasar tulang ekornya. Sebagai informasi, seorang bayi yang baru lahir umumnya memiliki berat badan sekira 3,5 kilogram.
Orangtuanya diberitahu bahwa operasi untuk mengangkat tumor akan memakan waktu minimal enam jam dan peluang keberhasilannya mencapai 80 persen. Meskipun risiko komplikasi yang tinggi tetap bias menjalarkan tumor hingga ke panggul.
Jeslyn lahir dengan tumor berukuran panjang 24 sentimeter dengan lebar 15 sentimeter. Sebagian besar benjolan itu terdiri dari jaringan padat yang menyuplai darah. Hal ini mengakibatkan tekanan besar pada jantung Jeslyn.
Selain itu, ia juga menderita Defek septum atrium atau kebocoran jantung, yang menyebabkan pasokan oksigen ke otak, organ dan jaringan tubuhnya berkurang. Ditambah lagi anemia alias penyakit kekurangan sel darah merah, membuat makhluk kecil itu bergantung pada alat bantu pernapasan.
Ibunda Jeslyn, Novi Ratna Sari (22) sudah mengetahui kondisi bayinya sejak hamil lima bulan. Hasil scan USG dokter di Batam mendiagnosa adanya benjolan, diduga tumor, tumbuh pada janin di rahimnya.
“Kami tahu bahwa janin kami ditumbuhi tumor, tetapi kami bertekad untuk menjaga anak ini. Dia adalah anak pertama kami yang berhasil lahir ke dunia dengan selamat. Tahun 2013, saya pernah hamil, tetapi bayi kami meninggal,” terang sang ayah, Junaidi Lim (28) yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang di Batam.
Namun keduanya tidak menyangka bahwa tumor itu telah bertumbuh lebih besar dari putrinya sendiri. Novi kemudian melahirkan bayinya dengan cara operasi caesar di RS Santa Elisabeth, Batam. Sayangnya, RS tersebut kekurangan sumber daya untuk menanangani situasi Jeslyn yang kompleks.
Pada 25 November 2015, bayi pasangan muda itu dipindahkan ke RS Awal Bros, Batam. Namun, dokter di sana juga mengaku kewalahan.
Pihak RS lalu menghubungi Ketua Komite Bantuan Bencana Daerah Rotary, Christopher Bek (61).Saat pertama kali mendengar kondisi Jeslyn, Bek mengaku terkejut.
“Pekerjaan saya adalah untuk membantu menyelamatkan nyawa orang-orang. Saya terkejut ketika saya mendengar tentang kondisi Jeslyn.Kasus medis ini belum pernah saya temui dan saya merasa harus andil membantu keluarga ini, karena tidak ada satu pun rumah sakit di Indonesia yang mampu menyembuhkannya,” tutur Bek.
Pertemuan antara keduanya diatur oleh pihak RS Awal Bros. Dengan syarat, pencari nafkah bagi keluarga memiliki pendapatan sekira 500 USD per bulan atau setara Rp6,9 juta per bulan agar mampu mengimbangi tarif yang ditetapkan RS di Singapura.
Junaidi menjelaskan dirinya tidak mengkhawatirkan biaya perawatan putri semata wayangya tersebut.
“Ini menghancurkan hati saya untuk melihat putri saya dalam kondisi tak berdaya seperti ini, tapi kami tidak menyesal melahirkannya ke dunia ini,” tuturnya.